Selasa, 11 Oktober 2011

Aspal


Aspal adalah sejenis agregat yang banyak digunakan untuk konstruksi jalan, khusus perkerasan lentur. Aspal merupakan material organik (hydrocarbon) yang komplek yang diperoleh langsung dari alam atau dengan proses tertentu (artifisial). Umumnya aspal terbagi atas bentuk cair, semi padat, dan padat pada suhu ruangan (25̊̊ C). Beberapa literatur di USA mendefenisikan aspal adalah material yang larut dalam karbon disulfida (CS2 ) tetapi di Inggris menggunakan trichlororthene (CCl3) sebagai pelarut. Defenisi ini tentu sangat luas artinya. Biasanya aspal dijelaskan sebagai material yang lengket, bersifat viscoelastis pada suhu kamar, dan berwarna cokelat gelap sampai hitam.
Aspal adalah material penting dalam perkerasan lentur karena dapat merekatkan (bersifat sebagai perekat), mengisi rongga (sebagai  filter), dan memiliki sifat kedap air (waterproof). Penggunaan aspal sebagai material perkerasan cukup luas, mulai dari lapis permukaan, lapis pondasi, lapis aus, maupun lapis penutup. Konstruksi jalan yang dibangun dengan aspal dapat digunakan untuk segala jenis lalu lintas, seperti lalu lintas ringan, sedang, berat, bahkan untuk perkerasaan landasan pacu.
Berdasarkan cara memperolehnya aspal dibagi atas aspal alam (native asphalt) dan aspal buatan atau aspal minyak (refinery ashpalt). Sebenarnya sering terjadi kerancuan yang membingungkan dalam defenisi tentang aspal yang umum digunakan. Literatur dari Eropa umum menjelaskan bahwa aspal adalah campuran antara aspal dengan agregat seperti pada Hot Rollet Ashpalt dan Aspal mastik (Mastic Asphalt). Aspal sesuai pengertian di Indonesia pada literatur Eropa disebut bitumen. Tidak demikian halnya dengan arti aspal (Asphalt) pada literatur dari Amerika Utara dan Canada yang berarti aspal seperti pengertian yang digunakan di indonesia.
1.      Aspal Alam
Aspal alam ditemukan di Pulau Buton (Sulawesi tenggara-Indonesia), perancis, Swiss, dan Amerika latin. Menurut sifat kekerasan aspal alam dapat dibagi, secara berurutan sebagai Batuan ( Rock Asphalt ), plastis (Trinidad Lake Ashpalt = ALT), cair (Bermuda Lake Ashpalt=BLA). Sedangkan menurut tingkat kemurniannya dapat diurutkan sebagai murni dan hampir murni (Bermuda Lake Ashpalt), tercampur dengan mineral (Rock Asphalt Pulau Buton, Trinidad, Perancis dan Swiss). Sampai saat ini penggunaan aspal alam ini kurang berkembang karena umumnya aspal ini tidak mempunyai mutu yang tetap dan seragam sehingga perlu perhatian khusus.

2.      Aspal Buatan
Jenis aspal ini dibuat dari minyak bumi sehingga dikenal sebagai aspal minyak. Karena aspal jenis ini keras pada suhu kamar maka sering disebut sebagai aspal keras. Dan karena aspal ini harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan maka sering juga disebut sebagai aspal panas. Bahan baku minyak bumi yang baik untuk pembuatan aspal adalah minyak bumi yang banyak mengandung asphaltene dan hanya sedikit yang mengandung parafin. Untuk bahan aspal parafin kurang disukai karena mengakibatkan aspal bersifat getas, mudah terbakar dan memiliki daya lekat yang buruk dengan agregat. Akan tetapi sifat parafin sangat baik untuk bahan bakar minyak.
Minyak bumi dapa digolongkan ke dalam paraffin lase crude oil ialah minyak bumi berkadar parafin tinggi dan asphaltene atau naphten base crude oil ialah minyak bumi dengan parafin rendah dan mixed-base crude oil yang merupakan campuran dari keduanya. Asphaltene base crude oil mengandung banyak gugusan aromatik dan siklis sehingga kadar aspalnya tinggi sedangkan kadar parafinnya rendah. Minyak bumi itu kemudian disuling untuk memisahkan bagian-bagian yang mudah menguap dari bagian-bagian yang sukar menguap. Residu atau sisa dari destilasi ini disuling sekali lagi pada suhu yang sama akan tetapi pada tekanan rendah (hampa udara) dan menghasilkan fraksi-fraksi seperti gas, oil, minyak pelumas, sebagai sisa dihasilkan straigh run aspal. Pada umumnya straigh run aspal tersebut mempunyai penetrasi yang tinggi sehingga untuk menghasilkan aspal dengan penetrasi yang dibutuhkan, aspal tersebut masih harus diproses dengan cara blowing menjadi semi-blown asphalt.
Blowing adalah proses tambahan, dimana residu dari penyulingan hampa udara dicampur dengan udara pada suhu 400̊F-550̊F. biasanya proses blowing dilakukan apabila dibutuhkan aspal dengan penetrasi yang lebih rendah daripada straigh run aspal
.
3.      Aspal Cair
Aspal cair adalah aspal keras yang diencerkan dengan 10 sampai 20% kerosin, white spirit, atau gas oil untuk mencapai viskositas tertentu dan memenuhi fraksi destilasi tertentu. Viskositas ini dibutuhkan agar aspal tersebut dapat menutupi agregat dalam waktu yang singkat dan akan meningkat terus sampai pekerjaan pemadatan dapat dilaksanakan.

4.      Aspal Emulsi
Untuk beberapa jenis pekerjaan pembuatan dibutuhkan aspal cair bahkan lebih cair dari pada aspal cair. Aspal emulsi adalah aspal yang lebih cair dari pada aspal cair dan mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus dalam batuan yang tidak dapat dilalui oleh aspal cair biasa oleh  karena sifat pelarut yang membawa aspal dalam emulsi mempunyai daya tarik terhadap batuan yang lebih baik daripada pelarut dalam aspal cair, terutama apabila batuan tersebut agak lembab.

5.      Tar
Tar adalah sejenis cairan yang diperoleh dari material organis seperti kayu atau batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi dengan suhu tinggi tanpa zat asam. Nama tar diberikan sesuai dengan asalnya seperti tar batu bara atau tar kayu. Pemakaian tar untuk jalan kurang banyak karena produksi tar, khususnya tar kayu, sedikit dan mutunya tidak seragam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar